Peran Guru dan Sistem Pendidikan dalam Mengatasi Imposter Syndrome pada Perempuan

Kamis, 24 April 2025 - 15:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peran Guru dan Pendidikan untuk Imposter Syndrome pada Perempuan

Peran Guru dan Pendidikan untuk Imposter Syndrome pada Perempuan

Ruanginspirasimu.com — Banyak yang mengira imposter syndrome hanya bisa dialami di dunia kerja atau dalam kehidupan profesional dewasa. Padahal, akar dari perasaan tidak cukup, rasa bersalah saat berhasil, dan ketakutan dianggap “pura-pura pintar” itu sering tumbuh sejak bangku sekolah. Dan di sinilah peran guru serta sistem pendidikan menjadi sangat vital, bukan sekadar mendidik, tapi juga menemani pertumbuhan mental dan emosional siswi yang mungkin belum mengenal apa itu imposter syndrome, tapi sudah merasakannya.

Mengapa Imposter Syndrome Bisa Tumbuh dari Lingkungan Sekolah?

Sekolah sering kali tanpa sadar menciptakan standar tinggi,
yang membuat anak perempuan merasa bahwa mereka harus “sempurna”.

Harus pintar di pelajaran, sopan, tidak terlalu vokal, dan selalu jadi kebanggaan.
Ketika mereka gagal memenuhi ekspektasi itu,
walau hanya sedikit, tetap berpotensi munculnya rasa bersalah dan keraguan diri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam jangka panjang, ini menjadi bibit imposter syndrome.

Seorang siswi yang mendapat nilai bagus tapi merasa itu “kebetulan saja”,
atau menghindari tugas kelompok karena takut terlihat bodoh, adalah contoh nyata.

Jika ini tidak terdeteksi sejak dini,
dia akan tumbuh menjadi perempuan yang terus meragukan keberhasilannya, meski punya banyak prestasi.

Guru harus bisa menjadi Cermin dan Penyangga Rasa Percaya Diri

Guru bukan sekadar pemberi materi.
Di hadapan para murid perempuan, guru adalah cermin,
cara mereka memberikan feedback, memuji, atau mengkritik akan membentuk cara anak memandang dirinya sendiri.

Guru yang mampu mengapresiasi proses, bukan hanya hasil,
secara tidak langsung sedang menanamkan benih growth mindset.

Mereka yang terbiasa mengatakan, “Saya bangga kamu berani mencoba, walau belum sempurna,”
sedang mengajarkan bahwa nilai seseorang tidak bergantung pada hasil akhir saja.

BACA JUGA  Kisi-Kisi Materi UTBK SNBT 2024 dan Link Simulasinya

Lebih jauh lagi,
guru yang membuka ruang diskusi tentang perasaan, membiarkan anak-anak berbagi cerita,
dan menormalisasi kesalahan adalah guru yang ikut menyelamatkan banyak anak perempuan,
dari jebakan imposter syndrome.

Keberadaan Sistem Pendidikan yang ramah Perempuan, bisa menjadi salah satu faktor besar,
dalam membantu mengatasi tumbuhnya imposter syndrome pada siswa perempuan
Kurikulum dan pendekatan pendidikan juga memegang peran besar.
Pendidikan yang terlalu fokus pada kompetisi dan ranking,
justru memperparah rasa “tidak cukup baik” yang sering dirasakan siswi.
Padahal, pendidikan bisa dirancang untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan empati.

Sekolah bisa mulai dengan menyediakan mentor perempuan dari kalangan guru atau profesional luar,
yang bisa menjadi role model.

Ini bukan soal gender semata,
tapi tentang representasi,
ketika anak perempuan melihat sosok seperti dirinya yang berani, pintar, dan tetap hangat,
ia jadi percaya bahwa ia juga bisa.

Pentingnya untuk Membangun Budaya Sekolah yang Mendukung

Budaya sekolah juga bisa berkontribusi besar.
Apakah sekolah mendukung murid perempuan untuk bicara di forum-forum diskusi?
Apakah murid diajak berdialog, bukan hanya disuruh mendengar?
Apakah anak-anak merasa aman untuk mengakui kelemahannya?

Sekolah yang terbuka terhadap pertanyaan, menyambut keberagaman cara berpikir,
dan memberi ruang berekspresi, akan membentuk pribadi perempuan yang tidak takut bersuara.

Mereka jadi tahu bahwa pendapat mereka valid,
keberhasilan mereka layak dirayakan, dan kesalahan adalah bagian dari belajar.

Bayangkan, betapa indahnya,
Jika guru bisa menemani Mereka Tumbuh, Bukan Menuntut Mereka Jadi Sempurna,
Perempuan muda yang sedang tumbuh tidak butuh tekanan untuk menjadi sempurna.
Mereka butuh teman bertumbuh.
Dan guru bisa menjadi orang yang hadir dengan empati,
yang mengerti bahwa keberhasilan sejati bukan hanya nilai akademik,
tapi kepercayaan diri untuk terus melangkah.

BACA JUGA  Soft Skills & EQ, Pilar Rahasia Sukses Karirmu

Alih-alih memaksa siswi untuk tampil sempurna, mari ajarkan mereka untuk tampil utuh.
Ajarkan bahwa wajar merasa ragu, asal tidak berhenti mencoba.
Bahwa suara mereka layak didengar, meskipun belum lantang.
Dan bahwa keberhasilan yang diraih, sekecil apa pun, adalah pantas,
dan ini bukan karena kebetulan,
tapi karena mereka memang berharga.

Sehingga makin jelas, bagaimana peran Guru sebagai pembuka jalan Masa Depan,
sesungguhnya setiap guru punya kesempatan membuka jalan bagi masa depan perempuan.

Saat mereka menguatkan murid yang merasa kecil,
mereka sedang mencegah generasi baru dari terjebak dalam rasa tidak percaya diri.
Saat mereka menyuarakan bahwa setiap orang bisa belajar dan bertumbuh,
mereka sedang melatih generasi baru yang lebih sehat secara mental dan emosional.

Mari jadikan sekolah bukan tempat yang memenjarakan potensi, tapi tempat yang menghidupkan harapan.
Dan guru, dengan empati dan keteladanannya, adalah kunci dari perubahan besar ini.

SALAM INSPIRASI !!!

Sumber Berita : Diolah Dari Berbagai Sumber

Berita Terkait

Bedanya Impian dan Cita-cita dalam Kariermu
Kebangkitan Emosimu Dalam Proses Menjadi Merdeka Psikologis
Berita Pers – Dosen UAD Kembangkan Greenhouse Cerdas Bersama Petani Melon di Magelang
Inspirasi Kebangkitan Nasional, Bangkit dari Krisis Mental Pasca Pandemi
Inspirasi Harian Motivasi Hidup yang Bikin Kamu Punya Semangat Baru Setiap Hari
Dampak Pendidikan Karakter pada Remaja terhadap Masa Depan Karir Profesional Mereka
Kenali Gaya Belajar Anak dan Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkannya
Tiga Pertanyaan Utama Kamu Tentang Kesehatan Mental & Cara Mengelolanya Dengan Bijak

Berita Terkait

Jumat, 23 Mei 2025 - 14:14 WIB

Bedanya Impian dan Cita-cita dalam Kariermu

Rabu, 21 Mei 2025 - 08:08 WIB

Kebangkitan Emosimu Dalam Proses Menjadi Merdeka Psikologis

Selasa, 20 Mei 2025 - 15:15 WIB

Berita Pers – Dosen UAD Kembangkan Greenhouse Cerdas Bersama Petani Melon di Magelang

Selasa, 20 Mei 2025 - 11:11 WIB

Inspirasi Kebangkitan Nasional, Bangkit dari Krisis Mental Pasca Pandemi

Senin, 19 Mei 2025 - 16:16 WIB

Inspirasi Harian Motivasi Hidup yang Bikin Kamu Punya Semangat Baru Setiap Hari

Berita Terbaru

Ilustrasi Perbedaan Impian dan Cita-Cita

Pendidikan

Bedanya Impian dan Cita-cita dalam Kariermu

Jumat, 23 Mei 2025 - 14:14 WIB

Ilustrasi Kebangkitan Emosi Untuk Merdeka Psikologis

Pendidikan

Kebangkitan Emosimu Dalam Proses Menjadi Merdeka Psikologis

Rabu, 21 Mei 2025 - 08:08 WIB

Inspirasi Kebangkitan Nasional Bangkit dari Krisis Mental Pasca Pandemi

Pengembangan Diri

Inspirasi Kebangkitan Nasional, Bangkit dari Krisis Mental Pasca Pandemi

Selasa, 20 Mei 2025 - 11:11 WIB