Ruanginspirasimu.com – Sebagai orang tua, kita sering kali bangga saat melihat anak perempuan kita tampil hebat, mendapatkan nilai akademis yang bagus, aktif di berbagai kegiatan, bahkan menjadi panutan bagi teman-temannya. Tapi pernahkah kamu mendengar anakmu berkata, “Aku cuma beruntung kok,” atau “Aku sebenarnya nggak sepintar itu”?
Kalimat-kalimat itu bisa jadi tanda bahwa anakmu sedang bergumul dengan sesuatu yang tidak terlihat, yaitu imposter syndrome.
Apa Itu Imposter Syndrome pada Anak?
Imposter syndrome adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak layak atas pencapaiannya.
Ia merasa seolah hanya berpura-pura hebat, takut ketahuan “aslinya”,
dan menyangka keberhasilannya hanyalah kebetulan belaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada anak perempuan,
ini bisa berkembang sejak remaja, terutama saat mereka mulai mendapat tekanan dari lingkungan,
standar sosial, atau bahkan pola asuh yang tanpa sadar terlalu tinggi tuntutannya.
Lalu Bagaimana Tanda-Tanda Anak Perempuan Mengalami Imposter Syndrome?
Coba perhatikan kalimat-kalimat seperti, apakah sering muncul dari pernyataan anak-anak kamu?
“Aku cuma beruntung, kok.”
“Nggak tahu kenapa bisa dipilih, padahal temanku lebih pinter.”
“Aku takut gagal, nanti orang-orang kecewa.”
Mereka mungkin terlihat tenang di luar, tapi terus-menerus mempertanyakan diri sendiri di dalam.
Rasa percaya dirinya tidak sebanding dengan capaian yang diraihnya.
Pentingnya Peran Orang Tua untuk Memahami, Bukan Menuntut anak Ketika Imposter Syndrome
Sebagai orang tua, kita kadang tidak sadar,
bahwa niat baik memberi semangat atau dorongan bisa terdengar seperti tekanan.
Anak yang selalu diberi pesan “kamu harus jadi terbaik” ,
bisa menafsirkan bahwa cinta dan pengakuan kita hanya datang saat mereka berhasil.
Padahal, yang paling mereka butuhkan adalah rasa aman untuk menjadi dirinya sendiri.
Untuk salah.
Untuk belajar.
Dan untuk tetap merasa dicintai meski tidak sempurna.
Jadi, Apa yang harus orang tua lakukan adalah dengan Mendeteksi dan Mendampingi mereka,
Langkah pertama adalah mendengarkan.
Bukan hanya mendengar isi kata-kata mereka, tapi menangkap makna di baliknya.
Perhatikan ekspresi ragu saat mereka dipuji,
atau kekhawatiran berlebihan saat akan menghadapi ujian atau tampil.
Kedua, validasi perasaan mereka.
Saat mereka merasa tidak cukup,
jangan buru-buru menyangkal atau bilang, “Ah, kamu hebat kok!”
Coba katakan, “Aku tahu kamu merasa seperti itu, tapi boleh kita lihat bersama pencapaian kamu sejauh ini?”
Ketiga, bangun komunikasi yang hangat.
Ajak bicara santai tentang kegagalan, cerita masa kecilmu yang juga pernah merasa ragu,
dan bahwa proses belajar itu lebih penting dari hasil.
Apa yang Bisa Dilatih Orang Tua?
Berikan pujian pada proses, bukan hanya hasil.
Misalnya, Coba katakan kepada mereka “Keren banget kamu berani nyoba, itu nggak mudah lho,”
bukan “Hebat nilainya 100!”
Atau ceritakan tentang tokoh perempuan yang pernah gagal tapi tetap bangkit.
Ini penting agar anak tahu bahwa menjadi hebat tidak berarti harus selalu sempurna.
Latih mereka untuk mengenali dan mencatat progress diri sendiri.
Bisa juga,
melatih dengan menggunakan journaling sederhana.
Tanyakan setiap minggu, “Hal baik apa yang kamu lakukan minggu ini?”
Sebagai Orang tua, Kamu perlu ingat,
bahwa Anak juga Butuh Ruang Aman,
Anak perempuan yang tumbuh dalam lingkungan yang menghargai usaha dan keberanian belajar,
bukan hanya hasil, akan lebih siap menghadapi dunia nyata.
Mereka tidak akan mudah tumbang saat menemui kegagalan,
karena tahu nilainya tidak ditentukan oleh nilai atau pujian semata.
Imposter syndrome tidak bisa disembuhkan dengan satu nasihat,
tapi bisa diredakan dengan kehadiran orang tua yang penuh empati dan pengertian.
Dan satu hal yang penting untuk selalu kamu katakan pada anak perempuanmu,
“Kamu cukup. Bahkan ketika kamu merasa tidak.”
Sumber Berita : Diolah Dari Berbagai Sumber