Ruanginspirasimu.com – Setiap anak dilahirkan dengan potensi besar. Tapi potensi itu tidak tumbuh sendiri. Ia butuh tanah yang subur, udara yang segar, dan cahaya yang cukup. Di sinilah peran parenting menjadi kunci, bukan hanya sebagai pengasuh, tapi sebagai pembuka jalan bagi tumbuhnya growth mindset dalam diri anak sejak dini.
Kamu mungkin pernah mendengar istilah growth mindset, ya?
Sebuah pola pikir yang membuat seseorang percaya bahwa kemampuan bisa diasah,
bukan bawaan lahir semata.
Nah, growth mindset ini bukan cuma penting buat orang dewasa,
tapi justru sangat krusial ditanamkan sejak anak-anak mulai mengenal dunia
Kenapa? Karena mindset yang tumbuh sejak dini akan menjadi fondasi karakter anak saat ia besar nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apa Itu Growth Mindset?
Bayangkan dua anak belajar naik sepeda.
Yang satu bilang, “Aku memang nggak bisa, aku nggak bakat,” lalu menyerah.
Yang satu lagi bilang, “Aku jatuh, tapi aku bisa belajar lagi.”
Nah, anak kedua sedang menunjukkan growth mindset.
Secara sederhana,
growth mindset adalah keyakinan bahwa kecerdasan, kemampuan,
dan keahlian bisa dikembangkan lewat usaha dan pengalaman belajar.
Anak-anak yang memiliki growth mindset lebih tangguh menghadapi tantangan, tidak mudah menyerah,
dan punya rasa ingin tahu yang tinggi.
Sebaliknya,
anak dengan fixed mindset cenderung menghindari tantangan dan cepat merasa tidak mampu ketika gagal.
Dan percaya atau tidak,
cara kita sebagai orang tua merespons usaha dan kegagalan anak sangat mempengaruhi terbentuknya pola pikir ini.
Peran Penting Orang Tua, Bukan Sekadar Membesarkan, Tapi Menumbuhkan
Apresiasi Proses, Bukan Hanya Hasil,
Pujian seperti “Wah, kamu pintar banget!” memang terdengar menyenangkan.
Tapi pujian seperti “Hebat, kamu terus mencoba sampai berhasil!” jauh lebih bermakna.
Karena itu menekankan pada proses, bukan hanya hasil.
Saat anak belajar sesuatu yang baru, entah menggambar, membaca, atau mencoba permainan baru,
fokuslah pada usaha dan ketekunannya, bukan sekadar hasil akhirnya.
Berikutnya adalah Selalu berikan Ruang untuk Gagal dan Bangkit,
Anak-anak perlu tahu bahwa gagal itu tidak memalukan.
Justru dari kegagalan mereka bisa belajar paling banyak.
Jadi, daripada langsung menyalahkan saat anak melakukan kesalahan,
lebih baik dampingi mereka memahami dan memperbaiki.
Coba katakan, “Wajar kok salah. Yuk, kita cari tahu di bagian mana yang bisa diperbaiki.”
Peran orang tua yang tidak mudah selanjutnya adalah menjadi contoh atau Teladan dalam Sehari-hari,
Anak belajar bukan dari teori, tapi dari apa yang mereka lihat.
Kalau kamu sendiri menunjukkan semangat belajar, keberanian mencoba hal baru,
dan tidak takut gagal, maka anak juga akan meniru hal yang sama.
Ceritakan pengalamanmu, kegagalan, pelajaran, dan bagaimana kamu bangkit.
Itu jauh lebih menginspirasi dibandingkan sekadar memberi nasihat panjang lebar.
Sumber Berita : Diolah Dari Berbagai Sumber
Halaman : 1 2 Selanjutnya